Suaraindonesi.online – Dikutib dari laman resmi H.Muhammad Nazar Mantan Wagub Aceh periode 2007-2012 yang juga Ketua MPT Partai SIRA Aceh 2007′-2017,Ketua Umum DPP Partai SIRA Aceh 2017-2022.
Beberapa ekor kucing remaja yang sedang menuju muda dan ingin perkasa, darahnya begitu panas dan penuh semangat, sesekali meloncat-loncat. Tanpa perhitungan merekapun nampak lenggak-lenggok sambil mengeong-ngeong seperti sedang mengetahui sesuatu dan terangsang ingin memangsanya segera.
Sementara kucing-kucing lain yang telah lebih senior dari mereka dari sisi usia hingga ilmu, pengalaman dan ketajaman kebijaksanaan, sambil duduk santai dengan mata yang sangat tajam melihat saja performa (pengalaman) junior mereka tersebut, tanpa bertanya tanpa berkata, tidak mengeluarkan suara meongan komplain serta teguran apapun tetapi sejumlah tujuan tersimpan di benak mereka, ingin mencermati sambil mendidik mereka dan hanya ingin berkata, bertanya dan mengungkapkan rasa tepat pada saatnya.
Si kucing remaja yang segera muda itupun terus berjalan melewati di depan para senior mereka, menuju ke arah pengirim aroma mangsa. Memang mereka mulai pintar dan sudah memahami suatu aroma mangsa. Aroma tikus yang menyengat menyambar hidung mereka dari arah jauh. Gairah dan semangat ingin memangsapun semakin memuncak, tak tertahankan.
Semakin dekat semakin terasa, tidak ada yang memberitahukan kepada mereka, apakah aroma itu benar-benar aroma tikus hidup yang masih utuh atau tidak. Sesuai keaslian alamnya, suara merekapun semakin meraung seakan ingin menerkam, memangsa dan menguasai segalanya.
Saat semakin dekat dengan mangsa, gerak tubuh dan suara mereka semakin menggila, menampakkan aksi seolah mereka sedang menerkam dan memangsa tikus-tikus hidup yang masih mampu melawan dan ingin menghindar.
Para kucing senior yang telah penuh ilmu, pengalaman dan kebijaksanaan yang tinggi membuntuti pelan-pelan tanpa terlihat serta sesekali segera duduk kembali berpura-pura memperhatikan ke arah lain. Seolah mereka ini tidak tahu apa-apa, tidak mau peduli dengan apa yang sedang dilakukan generasi junior mereka itu.
Suara raungan beberapa kucing junior tiba-tiba membahana, membuat orang-orang yang sedang tidur terjaga tetapi alam manusia ini tidak mau peduli dan membiarkan saja apa yang terjadi. Mereka hanya mengira, kucing-kucing itu sedang berkelahi atau sedang berjuang menerkam mangsa hidup atau sedang saling berebut.
Penciuman yang telah dimiliki kucing remaja yang sedang akan muda itu memang benar nyata. Memang ada tikus yang mereka temukan sesuai hasil ciuman aroma dari awalnya. Tetapi itu cuma komponennya. Beberapa kaki tikus yang tak lagi bergerak tak lagi bernyawa, tidak mungkin menghindar dan melakukan perlawanan apa-apa. Aromanya begitu terasa di hidung mereka, karena aliran darah masih sedikit tersisa.
Kelompok kucing remaja itupun tak peduli, tetap memangsanya karena bagi mereka, kaki tikus itu juga rezki. Apalagi kondisinya masih nampak segar dan ada aliran darah yang tersisa. Merekapun berlagak dengan performa menampilkan aksi menerkam dan memangsa seolah-olah tikus-tikus itu masih hidup dan utuh. Tikus-tikus yang masih mampu menghindar dan melawan.
Sementara para kucing senior yang berilmu, berpengalaman dan berkebijaksanaan tinggi yang membuntuti dan mengintip untuk mengajarkan mereka, sesekali tersenyum saja dalam kediaman malam yang sedang menebarkan berbagai mimpi bagi manusia.
Usai berlagak dengan ala penampilan dan atraksi menerkam tikus-tikus hidup yang masih aktif itupun, beberapa kucing yang akan memasuki usia muda tersebut berbagi kaki-kaki tikus yang telah terpisah dari tubuhnya dan tak bernyawa. Merekapun tidak tahu, kemana seluruh tubuh hingga kepala yang mereka telah menaikkan gairah serta semangat mereka memangsa pada awalnya.
Mereka tidak mau peduli dan mencari informasi lagi, yang penting kaki tikus yang masih berdarah itu sudah digigit dan lalu dibawa. Merekapun membawanya sambil kembali meraung mengeong-ngeong, sengaja melewati para senior yang sedang diam dan berpura-pura tak peduli. Sisa-sisa darah yang masih tersisa dari kaki-kaki tikus itupun melumuri dan mengotori setiap mulut kucing-kucing junior itu hingga sebahagian tubuh mereka.
Mereka tidak langsung melahapnya tetapi ingin menunjukkan penampilan mereka di depan para senior mereka, bahwa tikus-tikus hidup baru saja berhasil dimangsa dengan gagah perkasa dan tangkas, tanpa bantuan dari para senior dan guru-guru mereka.
Sempat pula saat bergaya merebut kaki-kaki tikus yang telah putus tanpa tubuh tanpa nyawa tersebut, para kucing junior yang berdarah panas tetapi belum bertalenta baik ribut-ribut dan hampir saling bertengkar antara sesama mereka.
Part. : 1 (Satu)
Penulis : H. MUHAMMAD NAZAR
Editor : Adh@r






