Subulussalam, Aceh – Kota Subulussalam yang dikenal dengan Bumi Syech Hamzah Fansuri, Bumi Sada Kata, Kota Santri, Kota Pendidikan, Kota Ibadah, bahkan mungkin masih banyak sebutan lain yang semakna bahkan beberapa kali mendapat pujian karena penghargaan sukses dalam pengelolaan program dan anggaran, namun masih terlihat nyata seakan mempertontonkan Potret Buram pengentasan kemiskinan, Jum’at (8/3/2024)
Terletak di Subulussalam Beringin, Kec. Simpang kiri ada sebuah Rumah Reot yang dihuni Pasutri beserta sejumlah Anak – anaknya masih yang masih usia sekolah, dan salah seorang ( Suryani ) bersekolah di SLB Arroyan yang beralamat di Jln. Pertaki Ban, Dsn. Cahaya Baru, Kampong Lae Bersih, Kec. Penanggalan, Kota Subulussalam.
Berbincang – bincang dengan Umar Banurea beserta istri pemilik rumah, mereka menuturkan belum pernah mendapat bantuan dari Instansi manapun termasuk Pemerintah desa untuk rumah mereka. Kalau yang datang mendata ada, tapi hanya tinggal penantian yang tak pasti, ujar mereka
Umar sendiri kerja semberatuan alias tidak ada pekerjaan tetap, penghasilan Pas – pasan. Dari pendapatan tak menentu itulah dia membiayai hidup Anak dan Keluarganya, pendidikan, kesehatan, dan hal – hal tak terduga lainnya, hingga dambaan memiliki Rumah Sehat Sederhana ( RSS ) untuk keluarganya masih tersimpan rapi dalam Angan – angannya.
Diduga bila disampaikan realita yang mereka alami kepada Pemdes, Pemko ( Instansi terkIt ) akan terdengar ucapan, ” akan kita tindak lanjuti, akan kita bantu, akan kita perjuangkan, akan kita, kita, dan kita. Setelah itu terdengar ucapan tidak bisa tidak dapat, karena, karena, dan karena”.
Terlepas ada atau bahkan mungkin banyak Rumah Sehat Sederhana ( RSS ) berdiri tak berpenghuni atau berpenghuni tapi tidak tepat sasaran, sudah sepantasnya Pemdes dan Pemko memperioritaskan pembangunan atau merehab rumah Umar Banurea ini.
Pewarta : Sabirin Siahaan