Kehidupan Dan Perjuangan Kucingpun Butuh Talenta 

Oleh : Muhammad Nazar (mantan Wagub Aceh periode 2007-2012)

Suaraindonesia.online-Akhirnya sultan kucing yang paling berilmu, berpengalaman, bijak, yang paling dituakan dan dihormati pun bangkit ikut bicara, ingin mengajarkan generasi penerus mereka. Ia meyakini jika kehidupan dunia mereka masih sangat lama meskipun tidak dapat diperkirakan kepastian batasnya hingga kapan berakhirnya. Begitu ia mengawali arahannya.

Bacaan Lainnya

Dengan ideologi kuat yang telah tertanam pada dirinya, ia pun meyakini juga, kiamat dunia pasti datang dan wajib ada, tetapi peristiwa itu masih sangat lama karena usia mereka di dunia ini sebentar saja. Kiamat dunia katanya, tak ada kaitan dengan kesalahan serta kebenaran perbuatan mereka.

Menurut yang ia ketahui dan telah diajarkan dari generasi ke generasi sebelumnya, bahkan mereka menjelaskannya terus menerus kepada generasi setelah mereka maupun generasi sekarang yang masih ada serta bergabung dalam komunitas bangsa besar mereka, bahwa kiamat dunia itu mutlak menjadi kebijaksaaan dan tindakan sang Pencipta yang tidak dapat dipengaruhi, tidak dapat diintervensi oleh siapa pun dan dengan tindakan apa pun dari makhluk-Nya.

Lalu sang sultan kucing tersebut mulai masuk dalam pokok masalah, menerangkan sambil mengkritik dan memberikan ilmu tentang apa yang tadi terjadi dan dilakukan para juniornya.

“Kami tadi memang berpura-pura diam ingin melihat sekaligus ingin mendidik keterampilan, karakter, ilmu, pengalaman dan kebijaksanaan kepada kalian. Sangat jelas dan nyata, kalian masih wajib belajar lagi dan terus menerus tanpa berhenti, tidak boleh merasa pintar dan hebat walaupun darah kalian sedang panas, gairah dan semangat sedang kuat,” ungkapnya bijak sambil menanam ilmu.

Sang sultan yang telah malang melintang, melalang buana memerintah dunia kucing tersebut meneruskan nasihatnya, “kepemilikan ideologi, ilmu, keterampilan, pengalaman hingga keberanian, konsistensi dan kebijaksanaan amatlah penting, agar masa depan kalian serta generasi kita semua dan para pengganti kita tidak sampai mati berdiri tertindas oleh spesies kita sendiri yang jahat suka menindas maupun spesies-spesies lain dari luar yang suka menjajah bangsa kita.”

“Spesies kita ini bukan hanya sekadar harus bertahan hidup, tetapi kita harus ikut menundukkan dan menjadi bahagian terpenting di alam kita sendiri, bahkan alam luar kita. Kita, dengan kekuatan ideologi, rasa, ilmu, konsistensi, keterampilan, keberanian, pengalaman dan kebijaksanaan harus mampu merancang sendiri dunia kita tanpa terlalu bergantung pada yang lain. Kita ini juga harus dibutuhkan oleh sesama spesies kita sendiri, bahkan alam manusia maupun spesies hewan lainnya,” briefingnya terang benderang, menyuntik ideologi, semangat dan sarat ilmu yang bermakna.

Beberapa kucing junior yang memang sedang bersemangat dan berdarah panas itu tak terkontrol ada yang mencoba menunjuk tangan mereka, ingin menyela sultan yang sedang berbicara dan mendidik mereka. Entah apa yang merangsang mereka ingin bertanya. Ketika itu juga secara spontan tetapi terkontrol dengan kesadaran penuh, sang raja kucing tersebut pun segera menundukkan kembali gerakan tubuh beberapa juniornya yang tak sabar ingin menyela, sambil berkata meminta kepada mereka.

“Sabar, sabar dulu, saya lagi bicara, belum selesai, dengar dulu sampai tuntas supaya pertanyaan kalian nanti tidak salah terus menerus, kalau bertanya saja sudah sering salah apalagi menjawabanya, juga biar kalian tidak selalu terjebak sampul, kulit, kata, simbol, mulut, kaki, tangan dan warna dalam hal apa pun,” serunya memberikan perintah, menasihati begitu bijak dan filosofis.

Para kucing muda itu pun terdiam dan kembali duduk rapi mendengarnya. Sang raja kucing ingin meneruskan kembali nasihatnya dan nampak semakin menyemangati para junior serta generasi penerusnya tersebut.

Melihat keadaan itu, salah satu kucing senior lain yang berpengalaman tingkat tinggi yang ikut serta duduk di deretan ujung para pimpinan segera menunjuk tangannya ingin nimbrung berbicara. Untuk menghormatinya dan jangan sampai dianggap remeh oleh para kucing junior yang sedang dilatih serta dibina, sang raja kucing yang bijak itu pun memberikan kesempatan berbicara kepadanya. Meskipun kesempatan yang sama untuk menyela dan bertanya belum diberikan dulu kepada para junior yang berupaya menyela sebelumnya.

Kucing senior yang meminta kesempatan berbicara ini memang sudah terbiasa bersikap lugas dan tegas sebagai karakter pribadinya, tetapi ia sesungguhnya tidaklah marah. Dirinya beberapa kali pernah menjadi komandan operasi serta panglima lapangan saat memburu dan menerkam mangsa, sehingga karakter seorang panglima tentara kucing yang sangat profesional masih melekat pada dirinya. Dalam pengalaman nyatanya ia memang benar-benar panglima kucing yang tidak pernah takut bertempur di kota, tidak pernah lari ke hutan untuk alasan melindungi diri dan keluarga, ia tidak pernah takut kehilangan nyawa. Kata dan jabatan panglima yang melekat pada dirinya memang tidak disematkan untuk propaganda menaikkan harga. Namun ia panglima yang nyata dari nama hingga perannya.

Kali ini, sang panglima senior yang nyata dalam negeri kucing itu ingin menyampaikan pemikiran dan nasihatnya dengan menggunakan bahasa lokal dimana mayoritas mereka hidup, tumbuh serta berkuasa dalam keadaan penuh tantangan dan rintangan yang sering datang dari alamnya, juga alam luarnya. Dari letak arah sebelah pesisir, kawasan indah itu adalah suatu negeri di ujung pulau Sumatra, letaknya dekat samudra Hindia dan gerbang keluar masuk kawasan selat Malaka.

Nimbrung membriefing, menasihati dan membina para juniornya dalam pertemuan khsusus dan tertutup itu, ia memang sengaja ingin mencampurkan pernyataannya dan arahannya dengan menggunakan bahasa negeri setempat, bahasa moyang mereka dan bahasa negeri sendiri. Tujuannya ialah agar para juniornya yang lagi berdarah panas tersebut benar-benar akan mampu memahami, dapat menempel di jiwa, hati dan akal mereka. Ia ingin menyeimbangkan kecerdasan akal dan emosi, semangat dan talenta, jiwa dan raga mereka agar hasil yang dicapai lebih banyak lebih besar berbanding pengorbanan yang sering sia-sia dalam sejarah mereka selama ini.

Juga penggunaan bahasa mereka sendiri dilakukan sang komandan lapangan paling perkasa itu agar tidak ada alasan bagi mereka yang masih junior dan terbatas ilmunya tersebut untuk tidak memahami apa yang akan disampaikannya. Karena selama ini penggunaan bahasa lain selain bahasa resmi negeri dan moyang mereka sering menjadi hambatan sampainya pemahaman yang rinci dan mendalam.

Gamgar ilutrasi Kucing berkelahi

“Baro ka meureunoe drop gaki tikoh mate sibok ngen karu sabe keudroe-droe keuh hana meupeue le awak gata, su meuong-ong nyang na raya, teukeujot gop-gop yang teungoh teungeut bandum ubena habeh jaga, padahai cuma gaki tikoh mie laen keubah tajak tugom le gata-gata, meubadan jih tan le na, nyang na syit gaki tikoh ka putoh-putoh tapi meulabo darah ban saboh tuboh teuh diawak gata, malee gop-gop nyang na, jikira le gop bandum teuh bangai gara-gara jikalon awak gata meubuet bunoe, ci gata kalon ilee mie-mie laen lam donya yang ka carong ka meuphom ka bijak, ube na yah ngen ma tikoh sampe aneuk jih habeh jidrop habeh jipajoh hana karu-karu, hana rhop-rhop, hana meuri meudarah pih bak babah jih, nyoe digata-gata nyoe ngen gaki tikoh putoh ka mate lom tapi bansaboh badan teuh meulabo darah,” terangnya menjelaskan, mengevaluasi sambil mengkritik tajam, tegas tetapi bermuatan hikmah dan cara.

Mendengar briefing itu, para kucing junior pun semakin menundukkan kepala dan beberapa diantara mereka saling menatap merasa malu. Namun para junior itu tidaklah marah kepadanya dan tetap siap mengikuti pembinaan khusus yang sedang dilakukan oleh para senior mereka.

Tak cukup di situ saja, mantan komandan operasi dan panglima kucing itu pun meneruskannya lagi. “Hana peue malee awak gata, nyoe rapat internal, geutanyoe bangsa mie nyang jithee bansigom donya, Jadi, gata meureunoe ilee wahe bansa lon bansa mie, aneuk-aneuk lon, adoe-adoe lon, sep jai eleumee rata sagoe, Tuhan geupeugot gata carong ngen teuga, bek le tapeularha bangai, bek sampe bangai keuh nyan bangai gata nyan jeuet taculok lam museum ngen pustaka.”

“Tikoh nyang wajeb gata drop nyang peuruelee takap, kon gara-gara gaki tikoh ka mate tameureupah-reupah gata tameukap, pajan syit jeuet teuh keu spesies bansa teuleubeh ateueh rueng donya meunyo lagee nyoe cara,” kritiknya untuk mengajarkan para kucing junior.

“Habeh batre habeh watee, gadoh seuot sambot tameudakwa nyang hana peureulee, galak peugah haba bangai sabe, pakon hana tapakek akai sihat ngen eleumee, pakon ku’eh hate sabe keudroe-droe, bek teumakot gata meunyo na syedara teuh nyang leubeh carong leubeh hebat dari awak gata, nyan bangsa geutanyoe syit, hana peue tajak som hana peue tajak gese mangat bek deuh jih, teutap deuh gop pih jikalon,” terangnya begitu tegas, penuh kritik mendidik dan ia pun mencukupkan diri berbicara.*

 

Part : 3 (tiga)

Penulis : H. MUHAMMAD NAZAR

Editor   : Adh@r

Bersambung

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *